Label

Sabtu, 19 Januari 2013

Penemuan Baru Diagnosa Malaria Dengan Permen Karet!




ADA cara baru yang mudah dan murah untuk mendiagnosa penyakit malaria, yaitu dengan mengunyah permen karet. Dengan bantuan dana dari yayasan milik bos Microsoft Bill Gates, Bill and Melinda Gates Foundation, Andrew Fung dan timnya di University of California, Los Angeles mengembangkan Maliva, metode baru untuk mendeteksi Malaria dengan permen karet. "Dimana pun Anda menjual permen, Anda bisa menjual dan memanfaatkan permen karet ini" ucap Fung seperti dikutip dari Discovery News, Minggu (27/12/2009).

Orang yang terinfeksi malaria menunjukkan berbagai gejala seperti demam panas, menggigil, muntah, kekurangan energi, bahkan kejang-kejang setelah enam sampai 14 hari terkena gigitan nyamuk Anopheles betina. Untuk mendiagnosa malaria, para ilmuwan mengambil sampel darah dan mengujinya menggunakan mikroskop, mencari sel yang terinfeksi parasit malaria. Sel yang terinfeksi tersebut ditandai dengan warna yang lebih gelap dari sel darah merah normal. Di beberapa daerah yang belum memiliki fasilitas mikroskop atau staf ahli berpengalaman, umumnya para dokter menggunakan tes antigen. Dengan tes ini, setetes darah bisa mendeteksi keberadaan beberapa molekul yang dibuat parasit malaria dan dilepaskan ke dalam darah manusia. Sayangnya metode ini kurang efektif digunakan di daerah yang penduduknya tidak cukup mampu untuk membayar tes antigen atau menganggap darah merupakan hal yang tabu.

Dunia medis pun kemudian memperkenalkan metode bernama Maliva, yaitu mendeteksi malaria melalui air liur yang menempel pada permen karet. Ketika seseorang mengunyah permen karet, air liur mengandung molekul yang diproduksi parasit malaria, masuk ke mulut. Partikel nano magnetik dengan antibodi kemudian akan menempel ke molekul. Setelah beberapa menit, permen karet akan dibuang dan ditempatkan pada strip kertas. Nanopartikel yang terikat pada protein malaria, akan menujukkan garis tipis. Apabila tidak ada garis, berarti orang tersebut tidak terkena malaria. "Menggunakan air liur dan bukan jarum suntik yang menyakitkan, akan menjadi tren dunia media dalam beberapa tahun ke depan, termasuk untuk mendeteksi penyakit lain selain malaria," kata Fung optimistis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please do not Spam